Kubu Prabowo Subianto Menanyakan Ke Pemerintah Jokowi Tentang Kebijakan Impor, Jokowi Impor Untuk Siapa?

Kanal Utama. Juru Bicara Prabowo-Sandi, Andre Rosiade mengatakan bahwa pihaknya menyoroti kebijakan impor pemerintah bukan karena anti impor. Melainkan kebijakan impor pemerintah saat ini yang dilakukan secara tidak tepat.

"Yang namanya impor kan seharusnya dilakukan apabila dalam negeri tidak bisa memproduksi, atau kapasitas produksi dalam negeri yang tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, itu filosofinya," ujar Andre saat dihubungi, Minggu, (18/11/2018)

Pernyataan Andre tersebut merespon, komentar Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional ( TKN) Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding yang menyebut kubu Prabwo selalu memainkan isu Impor karena dinilai seksi di Pemilu Presiden 2019.

Andre mencontohkan kebijakan impor pemerintah yang dinilai kurang tepat. Misalnya impor beras yang dilakukan disaat masa panen, sehingga gudang Bulog tidak bisa menampung beras impor.

Selain itu juga impor jagung tapi pada saat yang sama Indonesia mengekspor jagung sebanyak 360 ribu ton ke Malaysia dan Filipina.

Terakhir pemerintah melakukan impor semen dan klinker disaat pasokan dalam negeri berlimpah, akibatnya banyak perusahaan semen mengurangi kapasitas produksinya hingga 20 persen.

"Pertanyaanya kebijakan impor untuk siapa? rakyat atau siapa? atau memang ada indikasi untuk pemburu rente," pungkasnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo dan Kiai Ma'ruf Amin, Abdul Kadir Karding merespon pernyataan Prabowo yang menyinggung pemerintah kerap impor dan utang.

"Ya, sekali lagi Pak Prabowo selalu bicara soal impor dan utang. Karena ini dianggap isu yang seksi, yang dia tutupi adalah negara tidak mungkin tidak impor," kata Karding saat dikonfirmasi.

Karding menjelaskan beberapa komoditas memang tidak bisa dihasilkan di Indonesia. Karding menyontohkan kedelai tidak bisa diproduksi secara masif di Indonesia. Sebab, memperhitungkan kondisi tanah dan cuaca. Kemudian, contoh yang lain adalah bawang putih.

Menurut Karding, setiap negara di dunia memang harus saling bahu membahu untuk kemajuan. Setiap negara melakukan impor, tapi juga ekspor untuk saling memenuhi kebutuhan negara masing-masing.

"Itu artinya, sebetulnya dalam paradigma sekarang ini, kita tidak boleh menjadi negara yang berdiri sendiri saja. Yang istilahnya mau besar sendiri, mau hidup sendiri seperti Korea Utara, tidak bisa seperti itu," kata Karding.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUFG dan BNI Resmi Menjalin Kerja Untuk Meningkatkan Transaksi Ekspor Indonesia

Sandiaga Uno: Selama Saya Berada Di Jawa Tengah, Banyak Sekali Keluhan Dari Masyarakat Tentang Ekonomi

Soal Pernyataan Prabowo Subianto Tentang Bundaran HI Yang Akan Tenggelam Di Tahun 2025, Akhirnya Dibenarkan Oleh Menteri PUPR